Lanjut ke konten

Kritik Nasihat Boby : Pemimpin Cirebon Jangan Sibuk Berpura – Pura, Tapi Sibuklah Membenahi Diri

24 November 2025

CIREBON (rq) – Aktivis sosial dan pemerhati kebijakan publik, Boby, kembali menyampaikan kritik keras namun bermuatan nasihat, bagi para pejabat di lingkungan pemerintah Kabupaten Cirebon.

Ia menilai bahwa sebagian pemimpin di daerah, masih terjebak dalam dunia pencitraan. Sementara masyarakat masih berharap dan menunggu kehadiran pemimpin yang benar – benar bekerja untuk rakyatnya dan berintegritas tinggi.

Cirebon tidak butuh pemimpin yang pandai bergaya di depan kamera. Kita butuh pemimpin yang bekerja dengan hati, bukan yang sibuk memoles nama dan fakta. Jabatan itu amanah, bukan dekorasi untuk dipamerkan,” ujar Boby, Senin (24/11/2025).

Menurutnya, kritik yang dilontarkannya tersebut, bukanlah untuk menyerang diri pribadi seseorang, akan tetapi sebagai pengingat agar para pejabat tidak terperangkap dalam godaan kekuasaan dan kesombongan, yang akan membuatnya lalai pada tugas, kewajiban dan tanggungjawabnya.

“Pemimpin itu harus siap dikritik. Kalau pemimpin takut pada kritikan dan hanya dekat dengan orang – orang yang memuji, itu adalah tanda bahaya bagi rakyat. Pemimpin harus dekat dengan kebenaran, bukan dengan tepuk tangan,” tambahnya.

10 Nasihat dan Cermin Moral untuk Pemimpin Cirebon

1. Amanah Kekuasaan Itu Berat, Jangan Dipermainkan : Jabatan adalah beban mulia. Pemimpin yang menjadikannya sebagai fasilitas pribadi, akan menjerumuskan dirinya sendiri dan masyarakatnya kedalam lembah kesengsaraan.

2. Pemimpin Harus Mendengar Nasihat Ulama yang Jujur : Jangan hanya dekat dengan ulama yang memuja. Dekatilah ulama yang benar – benar jujur dan berani menegur tentang sebuah kebenaran.

3. Jangan Berdiam terhadap Kezaliman Bawahan : Pemimpin tidak boleh tutup mata terhadap permainan proyek, pungli, atau penyalahgunaan anggaran yang dilakukan bawahannya. Sebab, semakin dibiarkan maka akan semakin merusak dan semena – mena. Karena yang dipikirkannya cuma kepentingan pribadi dan bagaimana cara untuk memperkaya diri sendiri.

4. Hindari Arogansi dan Sensitif Berlebihan : Pemimpin yang gampang marah saat dikritik, menunjukkan kelemahan karakternya. Mudah diprovokasi serta gampang dihasut oleh orang – orang yang memanfaatkan situasi, demi keuntungan pribadinya.

5. Rasakan Apa yang Rakyat Rasakan : Empati harus menjadi dasar setiap kebijakan. Boby mengatakan, kalau kebijakan yang dijalankannya menyakiti hati rakyat kecil, berarti ada yang salah dengan konsep pemikirannya.

6. Stop Pencitraan, Fokus pada Kinerja Nyata : Boby menyoroti pejabat yang lebih sibuk seremonial, foto kegiatan, atau unggahan media sosial ketimbang menyelesaikan masalah warga. Program yang dibuat terkadang cuma formalitas semata, cuma sampling sebagai percontohan dan tidak semua masyarakatnya bisa merasakan.

7. Kesederhanaan Adalah Benteng Moral : Pemimpin yang hidup dengan kemewahan dan semua fasilitas yang serba mudah didapat, dikhawatirkan akan membuatnya semakin jauh dari realita penderitaan masyarakat.

8. Kelembutan Lebih Terhormat daripada Kekerasan : Komunikasi yang santun akan lebih diterima dan dihormati rakyat ketimbang ancaman keras. Terkadang banyak pejabat yang berkomunikasi dengan menggunakan ego, baik karena jabatannya, kedudukannya, ataupun karena kekayaannya. Cara komunikasi seperti itu, membuat masyarakat seperti tidak dihormati dan dihargai.

9. Dicintai karena Keadilan, Bukan Ditakuti karena Jabatan : “Pemimpin yang ditakuti itu adalah penguasa. Pemimpin yang dicintai itu yang adil, jujur, dan amanah,” ucap Boby.

10. Jangan Mengejar Popularitas, Kejarlah Kebenaran : Menurutnya, pemimpin tidak harus disukai banyak orang. Yang terpenting pemimpin harus berpihak pada kebenaran, meskipun pahit.

Selama ini Pemimpin Memang Sudah Mewakili Rakyat dalam Hal Kemewahan, Tetapi Tidak Mewakili dalam hal Kesusahannya”

Dalam kritik sosialnya, Boby juga menyampaikan ironi kepemimpinan yang terjadi hari ini. Menurutnya, para pemimpin selama ini memang benar sudah mewakili rakyat.

“Saat rakyat bermimpi ingin memiliki rumahnya yang bagus, mereka sudah mewakilinya. Saat rakyat berhayal ingin memiliki mobil mewah, mereka juga sudah mewakilinya. Saat rakyat berharap makanan layak dan enak, merekapun sudah mewakilinya. Tapi ketika rakyat hidup susah soal kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, administrasi dan keluh kesah lainnya, tidak ada seorangpun dari mereka yang mampu mewakilinya. Di sinilah jarak yang begitu lebar itu terlihat antara pemimpin dan rakyatnya,” ungkap Boby.

Tak hanya itu, Boby juga menegaskan bahwa kritiknya tersebut muncul dari rasa keprihatinan terhadap merosotnya moral sebagian pejabat dan rasa kepedulian yang mulai hilang, bukan berlandaskan dari kebencian.

“Kami tidak membenci siapapun. Kami hanya tidak ingin Cirebon dipimpin oleh orang – orang yang sibuk berakting. Rakyat sudah cukup lelah. Jangan tambah beban mereka dengan pemimpin yang pura – pura bekerja,” tegasnya.

Harapan untuk Perbaikan Cirebon

Di akhir penyampaiannya, Boby berharap besar kepada seluruh pejabat di lingkungan pemerintah kabupaten Cirebon, dari mulai tingkat desa, kelurahan hingga kabupaten, agar mampu menjadikan kritiknya tersebut sebagai bahan perenungan dan introspeksi diri untuk melakukan perubahan yang lebih baik lagi.

“Kalau pemimpin mau bercermin dan memperbaiki diri, Cirebon pasti akan maju. Tapi kalau pemimpinnya sibuk pencitraan, cuma mengurusi kepentingan pribadinya. Sudah pasti rakyatnya lah yang akan terus menderita. Pilihannya tentu saja ada di tangan mereka, para pemimpin – pemimpin yang terhormat. Semoga Allah tuhan yang maha kuasa, melindungi kita semua dari kesesatan dan godaan nafsu dunia,” pungkasnya. (R01/ris)