
CIREBON (rq) – Siapa sangka, Desa Matangaji, Kecamatan Sumber menjelma menjadi salah satu destinasi wisata alam yang tengah naik daun di Kabupaten Cirebon. Dengan bentangan alam yang indah, hingga wisata edukatif, desa ini menjadi magnet baru bagi wisatawan dari berbagai daerah. Bahkan jika dirata – rata, jumlah pengunjung di Desa Matangaji tembus 6.000 orang setiap bulannya.
Kuwu Desa Matangaji, Rusnadi, mengungkapkan, potensi alam di desanya begitu melimpah. Sehingga sudah sepatutnya, dikembangkan menjadi sumber ekonomi baru bagi warga.
Potensi wisata yang akan dikembangkan seperti wisata religi, agro wisata karena bentang sawah yang luas nan menyejukkan, mini zoo, waterboom, glamping, ekowisata embung, hingga pengolahan sampah TPS3R dan persemaian.
“Semua itu akan kami kelola melalui BUMDes. Mudah – mudahan semuanya bisa sesuai dengan harapan,” kata Rusnadi, usai menerima anugerah desa wisata terbaik tahun 2025, Rabu (8/10/2025).
Dikatakannya juga, Desa Matangaji kini menjadi pilot project desa wisata di bawah arahan langsung Bupati Cirebon. Ia juga berharap adanya dukungan dari semua pihak agar semuanya bisa berjalan sesuai dengan yang sudah direncanakan.
“Dengan adanya anugerah desa wisata ini tentunya kami merasa sangat bangga, potensi alam ini menjadi anugerah yang bisa menambah PADes (Pendapatan Asli Desa). Tahun ini saja APBDes Matangaji mencapai Rp2,6 miliar,” ungkapnya.
Menariknya lagi, kata Rusnadi, pembangunan destinasi wisata di desa Matangaji berawal dari modal kecil hasil lelang titisara sebesar Rp57 juta. Kini, berkat pengelolaan yang kreatif, destinasi wisata desa tersebut, mampu menghasilkan pendapatan kotor sekitar Rp 267 juta, dengan laba bersih Rp 130 juta lebih.
“Dulu lahan desa hanya dilelang sekitar Rp 1,6 juta per tahun. Tapi setelah dikembangkan jadi kawasan wisata, nilainya meningkat tajam. Itu semua tentunya tidak lepas dari peran serta semua pihak yang mendukung terwujudnya desa wisata ini,” paparnya.
Dikatakannya juga, salah satu daya tarik utama adalah kolam renang desa, yang baru enam bulan beroperasi, namun sudah mendongkrak ekonomi lokal dengan penghasilan bersih lebih dari Rp 130 juta.
Menurutnya, pengembangan desa wisata tersebut juga kurang lebih membutuhkan lahan sekitar 10 hektare yang tersebar di beberapa titik agar pengunjung tidak merasa jenuh.
“Ke depan, kami berencana menambah fasilitas seperti kendaraan jeep atau mobil wisata agar pengunjung bisa menikmati seluruh kawasan tanpa kesulitan. Kami ingin pengalaman wisata di Matangaji terasa lengkap. Nanti ada wisata alam, edukasi, sampai kuliner khas desa,” imbuhnya.

Ia juga menyampaikan, bahwa antusiasme wisatawan ke wisata Desa Matangaji pun terus meningkat. Setiap bulan, lebih dari 6.000 pengunjung datang ke Desa Matangaji, terutama di akhir pekan. Harga Tiket Masuk (HTM) yang ramah di kantong, yakni Rp 5.000 per orang, menambah daya tarik tersendiri.
“Harga Rp 5.000/orang inilah yang membuat wisata di desa kami banyak diminati wisatawan dari berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jakarta. Untuk menarik para wisatawan, promosi dilakukan rutin tiga kali seminggu, dan hasilnya mulai terasa. Yang penting kegiatan wisata terus berjalan dan memberi manfaat bagi warga,” tandasnya.
Di akhir perbincangan, ia juga mengatakan, bahwa dengan konsep wisata yang ramah lingkungan dan berbasis potensi lokal, Desa Matangaji kini menjadi contoh nyata bagaimana desa bisa tumbuh mandiri melalui pariwisata, yang diharapkan menjadi sumber kesejahteraan warga Desa Matangaji. (ta)