
CIREBON (rq) – Kritik keras kembali dialamatkan kepada sejumlah pejabat di Kabupaten Cirebon, mulai dari tingkat perangkat daerah hingga kepala desa.
Menurut pemerhati kebijakan publik sekaligus aktivis sosial, Bobby, menilai bahwa kinerja sebagian pejabat dan sejumlah Kepala desa sekarang ini justru mengingatkan pada lirik lagu yang berjudul “Buta dan Tuli” yaitu memiliki mata namun tak bisa melihat, memiliki telinga namun tak bisa mendengar.
Bobby mengatakan, bahwa banyak pejabat seolah buta hati dan tuli nurani, tidak peka terhadap kebutuhan rakyat yang seharusnya mereka layani. Bahkan seolah rasa empati itu sudah mulai luntur. Tanggung jawab dan sumpah jabatan seolah cuma slogan.
“Mereka punya jabatan, punya fasilitas, punya kewenangan. Tapi sayangnya mereka diduga tidak memiliki hati nurani yang digunakan untuk berpikir, melihat, dan mendengar keluhan masyarakat. Seolah hanya sekedar menjalankan rutinitas tanpa ruh dan tanggung jawab,” tegasnya, Rabu (3/12/2025).
Ia juga menyoroti semboyan Jawa “Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo” yang kerap dipajang di berbagai instansi pemerintahan di Cirebon. Semboyan yang menggambarkan negeri makmur, tertib, dan sejahtera itu, menurut Bobby, sering hanya menjadi hiasan dan slogan kosong.
“Ironis sekali, simbol yang mereka pakai penuh makna, tapi diduga 99,9% perilakunya tidak mencerminkan nilai itu. Kalau tidak memahami filosofi yang diemban, maka jabatan hanya jadi formalitas semata, bukan proritas atau amanah,” ujar Bobby.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa jabatan publik bukanlah tempat untuk gagah – gagahan, melainkan amanah dan tanggungjawab yang berat yang kelak akan dipertanggungjawabkan, baik secara hukum maupun di hadapan Tuhan.
“Judul lagu “Buta dan Tuli” sangat relevan menggambarkan kondisi pejabat publik saat ini. Punya mata, namun tak bisa melihat tanda peringatan. Punya telinga, namun tak bisa mendengar suara rakyat,” tambahnya.
Menurutnya juga, pejabat yang kehilangan kepekaan ibarat manusia yang tak menggunakan akal, hati, dan indera perasa yang diberikan. Bobby mengajak para pejabat untuk membuka kembali mata hati, telinga dan nurani.
“Jangan sampai kita menjadi seperti bait lagu tersebut. Hidup tapi tak merasa, menjabat tapi tak melayani. Kabupaten Cirebon ini mestinya makmur dan tentram, tapi bagaimana bisa tercapai kalau mereka yang memimpin justru abai ?,” imbuhnya.
Bobby menutup pesannya dengan nada menasehati namun tegas. Ingat saat disumpah jabatan untuk selalu taat dan patuh terhadap tuhan yang maha esa, Allah SWT dan peraturan perundang – undangan yang berlaku di Republik Indonesia.
“Jabatan itu amanah, bukan ornamen. Jangan sampai simbol luhur yang dipakai hanya jadi pajangan. Sementara rakyat terus menunggu keadilan dan perhatian yang sebenarnya. Benarlah dalam mengemban amanah dan takutlah terhadap azab yang maha kuasa. Karena semua yang kita lakukan hari ini, pasti akan diminta pertanggung jawaban di hari pembalasan. Allahu’allam bisawab,” pungkasnya. (R01/ris)

